Dalam sebuah kesempatan, pada tanggal 26 Mei 2025, setelah menyeruput kopi kental manis dan sebungkus bu prang, saya telah berada di Mushalla Kemenag Kota Lhokseumawe. Ada sebuah undangan acara yang harus saya ikuti mewakili kepala madrasah yang kebetulan sedang dinas luar ke Banda Aceh. Acara yang dilaksanakan oleh Kemenag RI via Zoom diikuti oleh unsur Kepala Kantor Kemenag dan jajarannya, Kepala KUA, Kepala Madrasah, dan juga Pengawas Madrasah. Acara tersebut bertajuk Kick Off Reformasi Birokrasi.
Sejatinya acara berlangsung pada pukul 08.00 WIB secara nasional harus molor beberapa jam. Sudah ghalib di negara kita setiap acara berlangsung kemoloran tetap terjaga dengan baik. Jarang sekali kita jumpai sebuah acara yang berlangsung tepat waktu. Entah sudah jamak dimaklumi atau telah menjadi kebiasaan yang mendaging dalam darah, datang tidak tepat waktu adalah kelumrahan. Jadi, jika Anda ingin menghadiri suatu acara pada pukul 08.00 WIB, sebaiknya datang saja setengah jam atau satu jam kemudian. Saya termasuk dari sebagian orang-orang yang datang setengah jam kemudian itu.
Setiba di sana, saya hanya berjumpa dengan beberapa kepala madrasah lain yang sudah duluan datang. Acara memang belum dimulai secara nasional. Kami pun sempat berseloroh, barangkali Bapak Menteri mendapat panggilan mendadak dari Bapak Presiden, atau Bapak Menteri sedang terganjal dengan agenda lain yang mendesak untuk sesaat.
Karena acara berlangsung via Zoom secara nasional. sebenarnya kita bisa bersantai sejenak untuk mengusir kejenuhan. Bisa dengan bermain gawai atau berbicara dengan rekan di samping. Ampuh memang! Karena tidak terasa, tiba-tiba Bapak Menteri sudah memasuki Auditorium H. M. Rasjidi. Seluruh undangan pun berdiri menyambut kedatangan beliau yang diikuti oleh ibu Menteri PAN RB.
Baca Juga: Efisiensi Anggaran di Meja Makan
Kegiatan Kick Off Reformasi Birokrasi pada Kementerian Agama merupakan komitmen lembaga untuk menjadi institusi publik yang bukan saja menjaga transparansi dan akuntabel, namun juga adanya perubahan transformatif dan berdampak nyata bagi kehidupan masyarakat. Kita tahu, meskipun reformasi birokrasi telah didengungkan beberapa periode sebelumnya, reformasi tersebut belum berjalan sempurna dan masih banyak kelemahan. Meskipun demikian, Kementerian Agama memiliki tren bagus. Dalam lima tahun terakhir, indeks reformasi birokrasi pada lembaga yang dipimpin oleh Nasaruddin Umar ini mengalami peningkatan. Data-data yang dipaparkan dalam acara tersebut tidak saya catat dengan saksama. Tapi tren positif indeks reformasi birokrasi telah menunjukkan adanya komitmen kuat dari seluruh jajaran untuk memperbaiki tata kelola birokrasi, terutama untuk semakin berdampak dan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Begitulah harapan dari Sang Imam Besar Masjid Istiqlal yang memaparkan sambutannya dengan lembut dan sistematis.
Delapan Program Prioritas
Nasaruddin Umar, dengan gaya retorikanya yang santun mengingatkan kami aparatur sipil di instansinya untuk terlibat dalam delapan program prioritas. Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan menjadi prioritas pertama. Setiap agama mengajarkan kerukunan dan kasih sayang. Dalam Islam, kasih sayang itu tersimpulkan dalam ayat pembukaan dalam al-Quran. Pada kata-kata ar-rahman dan ar-rahim yang selalu kita ucapkan. Tuhan memiliki sifat kasih dan sayang yang tak berhingga. Bahkan dalam 99 nama Tuhan, sifat feminin berupa kasih, sayang, dan sejenisnya lebih dominan dari sifat maskulin. Artinya, Tuhan itu adalah cinta. Tuhan bukan sesuatu yang menakutkan atau mengerikan. Dalam dunia pendidikan, kurikulum cinta akan dikemas sedemikian rupa untuk membentuk karakter-karakter peserta didik yang saling mencintai antar sesama makhluk Tuhan.
Ekoteologi menjadi prioritas selanjutnya. Agama seharusnya menjadi ujung tombak terdepan dalam upaya pelestarian alam ketika upaya-upaya lain mengalami kegagalan. Setiap agama mengajarkan nilai kebajikan terhadap cinta pada alam dan semestanya. Agama berdampak terhadap alam untuk menyadarkan perilaku manusianya agar kembali cinta terhadap lingkungan. Konsep ekoteologi ini diharapkan dapat menjawab solusi terhadap kerusakan alam yang telah terjadi di depan mata kita. Krisis iklim dan pemanasan global meningkat tanpa kita sadari. Ini bisa menjadi pembunuh terbesar yang akan membahayakan generasi umat manusia di masa mendatang. Bukan perang yang membawa dampak terhadap korban jiwa, melainkan kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap bencana alam yang maha dahsyat.
Kementerian Agama sebagai lembaga yang tidak jauh dari umat dan masyarakat, harus memberikan Layanan Keagamaan Berdampak. Prioritas ini tidak boleh kita diabaikan. Sebagai guru, saya harus bisa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar. Meskipun prioritas ini lebih ditujukan kepada para penyuluh keagamaan yang tersebar di negara kita.
Dalam sektor pendidikan, Nasaruddin Umar mengajak kita untuk mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah, dan Terintegrasi. Prioritas yang menjadi bagian tugas Kementerian Agama adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sistem pendidikan keagamaan yang solid. Hal ini berkesinambungan juga dengan program Pesantren Berdaya. Menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mandiri dan berkewirausahaan. Pesantren juga harus menjadi lembaga pendidikan yang aman, ramah anak, dan inklusif. Bukan sebaliknya!
Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui pengelolaan dana sosial keagamaan yang optimal. Program ini mengacu pada potensi zakat yang belum terkelola dengan baik. Program Sukses Haji juga menjadi prioritas yang tidak kalah pentingnya. Dan terakhir adalah program Digitalisasi Tata Kelola. Di era digitalisasi, Kementerian Agama ikut ambil bagian dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Digitalisasi merupakan kunci untuk pelaksanaan layanaan keagamaan yang efisien, murah, dan transparan. Digitalisasi dalam semua layanan berdampak positif terhadap peningkatan pelayanan dan dapat memangkas waktu atau jarak sehingga energi kita tidak terkuras.
Memimpikan Tukin Seratus Persen
Setiap ASN pusat tentu mengidamkan tunjangan kinerja sebesar seratus persen. Kenyataannya, tidak semua instansi pusat yang memberikan tukin seratus persen. Dalam acara Kick Off Reformasi Birokrasi, Menteri Agama berusaha meyakinkan Menteri PAN-RB agar menerima usulan pengajuan tukin sebesar sembilan puluh persen bagi ASN Kementerian Agama. Usulan ini mendapat sambutan riuh dari seluruh ASN Kementerian Agama yang hadir, termasuk saya.
Tapi sayangnya, Rini Widiyantini, Menteri PAN-RB tidak serta merta menelan usulan. Barangkali beliau akan mempelajari terlebih dahulu. Dalam sambutannya, ibu menteri menyampaikan bahwa acara ini jangan hanya menjadi seremoni belaka. Tapi harus menjadi momentum penting untuk membangun birokrasi yang benar-benar melayani masyarakat dan umat. Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa Kementerian Agama menjadi institusi terdepan dalam menjaga kerukunan umat beragama dan keselarasan hidup harmonis. Hal ini selaras dengan asta cita Presiden Prabowo yakni adanya keselarasan hidup harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya.
Terlepas dari buaian kalimat-kalimat manis, saya menulis ini dengan serangan kantuk yang berat, harapan memperoleh kenaikan tunjangan kinerja masih terbuka lebar. Siapa yang akan menyangka suatu saat nanti, Kementerian Agama bisa menikmati tunjangan kinerja sebesar seratus persen. [😎]


Posting Komentar